31 Desember 2009

desaku, desamu, desa kita semua

ceritakan tentang desa kita, desa Lumbir.
apa saja yang ada di dalam nya, entah itu menyenangkan, entah itu menyadihkan, bahkan bisa jadi menjengkelkan.

Kesenian Banyumas

Kesenian Tradisional Banyumasan

Seni dan Budaya khas Banyumasan tumbuh dan berkembang seusia dengan peradaban Jawa Kuna.

Budaya Banyumasan juga diperkaya dengan masuknya gaya budaya Mataram (Yogya-Solo) dan Sunda (Pasundan/Priangan) dan kini mulai disisipi pernik-pernik kontemporer. Dari budaya Banyumasan ini lahir bentuk-bentuk kesenian tradisional yang juga berkarakter Banyumasan seperti ebeg, lengger-calung, angguk, wayang kulit gagrak Banyumasan, gendhing Banyumasan, begalan dan lain-lain. Sedangkan di wilayah yang berbatasan langsung dengan daerah Jawa Barat lebih memiliki gaya budaya Pasundan seperti kesenian sisingaan, gendang rampak, rengkong, calung dan lain-lain.

Ebeg

Ebeg' adalah jenis tarian rakyat yang berkembang di wilayah Banyumasan. Varian lain dari jenis kesenian ini di daerah lain dikenal dengan nama kuda lumping atau jaran kepang, ada juga yang menamakannya jathilan (Yogyakarta) juga reog (Jawa Timur). Tarian ini menggunakan “ebeg” yaitu anyaman bambu yang dibentuk menyerupai kuda berwarna hitam atau putih dan diberi kerincingan. Penarinya mengenakan celana panjang dilapisi kain batik sebatas lutut dan berkacamata hitam, mengenakan mahkota dan sumping ditelinganya. Pada kedua pergelangan tangan dan kaki dipasangi gelang-gelang kerincingan sehingga gerakan tangan dan kaki penari ebeg selalu dibarengi dengan bunyi kerincingan. Jumlah penari ebeg 8 oarang atau lebih, dua orang berperan sebagai penthul-tembem, seorang berperan sebagai pemimpin atau dalang, 7 orang lagi sebagai penabuh gamelan, jadi satu grup ebeg bisa beranggotakan 16 orang atau lebih. Semua penari menggunakan alat bantu ebeg sedangkan penthul-tembem memakai topeng. Tarian ebeg termasuk jenis tari massal, pertunjukannya memerlukan tempat pagelaran yang cukup luas seperti lapangan atau pelataran/halaman rumah yang cukup luas. Waktu pertunjukan umumnya siang hari dengan durasi antara 1 – 4 jam. Peralatan untuk Gendhing pengiring yang dipergunakan antara lain kendang, saron, kenong, gong dan terompet. Selain peralatan Gendhing dan tari, ada juga ubarampe (sesaji) yang mesti disediakan berupa : bunga-bungaan, pisang raja dan pisang mas, kelapa muda (dewegan),jajanan pasar,dll. Untuk mengiringi tarian ini selalu digunakan lagu-lagu irama Banyumasan seperti ricik-ricik, gudril, blendrong, lung gadung,( crebonan), dan lain-lain. Yang unik, disaat pagelaran, saat trans (kerasukan/mendem) para pemainnya biasa memakan pecahan kaca (beling) atau barang tajam lainnya, mengupas kelapa dengan gigi, makan padi dari tangkainya, dhedek (katul), bara api, dll. sehingga menunjukkan kekuatannya Satria, demikian pula pemain yang manaiki kuda kepang menggambarkan kegagahan prajurit berkuda dengan segala atraksinya. Biasanya dalam pertunjukan ebeg dilengkapi dengan atraksi barongan, penthul dan cepet. Dalam pertunjukannya, ebeg diiringi oleh gamelan yang lazim disebut bendhe.

Laisan

Laisan adalah jenis kesenian yang melekat pada kesenian ebeg. Laisan dilakukan oleh seorang pemain pria yang sedang mendem, badannya ditindih dengan lesung terus dimasukkan ke dalam kurungan, biasanya kurungan ayam, di dalam kurungan itulah Laisan berdandan seperti wanita. Setelah terlebih dulu dimantra-mantara, kurunganpun dibuka, dan munculah pria tersebut dengan mengenakan pakaian wanita lengkap. Laisan muncul di tengah pertunjukan ebeg. Pada pertunjukan ebeg komersial, salah seorang pemain biasanya melakukan thole-thole yaitu menari berkeliling arena sambil membawa tampah untuk mendapatkan sumbangan. Laisan juga dikenal di wilayah lain (wetan) dan mereka biasa menyebutnya Sintren.

Lengger-Calung

Kesenian tradisional lengger-calung tumbuh dan berkembang di wilayah ini. Sesuai namanya, tarian lengger-calung terdiri dari lengger (penari) dan calung (gamelan bambu), gerakan tariannya sangat dinamis dan lincah mengikuti irama calung. Diantara gerakan khas tarian lengger antara lain gerakan geyol, gedheg dan lempar sampur.

Dulu penari lengger adalah pria yang berdandan seperti wanita, kini penarinya umumnya wanita cantik sedangkan penari prianya hanyalah sebagai badut pelengkap yang berfungsi untuk memeriahkan suasana, badut biasanya hadir pada pertengahan pertunjukan. Jumlah penari lengger a Lengger-Calung === Kesenian tradisional lengger-calung tumbuh dan berkembang di wilayah ini. Sesuai namanya, tarian lengger-calung terdiri dari lengger (penari) dan calung (gamelan bambu), gerakan tariannya sangat dinamis dan lincah mengikuti irama calung. Diantara gerakan khas tarian lengger antara lain gerakan geyol, gedheg dan lempar sampur.

Dulu penari lengger adalah pria yang berdandan seperti wanita, kini penarinya umumnya wanita cantik sedangkan penari prianya hanyalah sebagai badut pelengkap yang berfungsi untuk memeriahkan suasana, badut biasanya hadir pada pertengahan pertunjukan. Jumlah penari lengger antara 2 sampai 4 orang, mereka harus berdandan sedemikian rupa sehingga kelihatan sangat menarik, rambut kepala disanggul, leher sampai dada bagian atas biasanya terbuka, sampur atau selendang biasanya dikalungkan dibahu, mengenakan kain/jarit dan stagen. Lengger menari mengikuti irama khas Banyumasan yang lincah dan dinamis dengan didominasi oleh gerakan pinggul sehingga terlihat sangat menggemaskan. Peralatan gamelan calung terdiri dari gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong dan gong yang semuanya terbuat dari bambu wulung (hitam), sedangkan kendang atau gendang sama seperti gendang biasa. Dalam penyajiannya calung diiringi vokalis yang lebih dikenal sebagai sinden. Satu grup calung minimal memerlukan 7 orang anggota terdiri dari penabuh gamelan dan penari/lengger.ntara 2 sampai 4 orang, mereka harus berdandan sedemikian rupa sehingga kelihatan sangat menarik, rambut kepala disanggul, leher sampai dada bagian atas biasanya terbuka, sampur atau selendang biasanya dikalungkan di bahu, mengenakan kain/jarit dan stagen. Lengger menari mengikuti irama khas Banyumasan yang lincah dan dinamis dengan didominasi oleh gerakan pinggul sehingga terlihat sangat menggemaskan. Peralatan gamelan calung terdiri dari gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong dan gong yang semuanya terbuat dari bambu wulung (hitam), sedangkan kendang atau gendang sama seperti gendang biasa. Dalam penyajiannya calung diiringi vokalis yang lebih dikenal sebagai sinden. Satu grup calung minimal memerlukan 7 orang anggota terdiri dari penabuh gamelan dan penari/lengger.

Angguk

Tarian jenis ini sudah ada sejak abad ke 17 dibawa para mubalig penyebar agama Islam yang datang dari wilayah Mataram-Bagelen. Tarian ini disebut angguk karena penarinya sering memainkan gerakan mengangguk-anggukan kepala. Kesenian angguk yang bercorak Islam ini mulanya berfungsi sebagai salah satu alat untuk menyiarkan agama Islam. Sayangnya jenis kesenian ini sekarang semakin jarang dipentaskan. Angguk dimainkan sedikitnya oleh 10 orang penari anak laki-laki berusia sekitar 12 tahun. Pakaian para penari umumnya berwarna hitam lengan panjang dengan garis-garis merah dan kuning di bagian dada/punggung sebagai hiasan. Celana panjang sampai lutut dengan hiasan garis merah pula, mengenakan kaos kaki panjang sebatas lutut tanpa sepatu, serta memakai topi pet berwarna hitam. Perangkat musiknya terdiri dari kendang, bedug, tambur, kencreng, 2 rebana, terbang (rebana besar) dan angklung. Syair lagu-lagu tari angguk diambil dari kitab Barzanji sehingga syair-syair angguk pada awalnya memang menggunakan bahasa Arab tetapi akhir-akhir ini gerak tari dan syairnya mulai dimodifikasi dengan menyisipkan gerak tari serta bahasa khas Banyumasan tanpa merobah corak aslinya. Bentuk lain dari kesenian angguk adalah “aplang”, bedanya bila angguk dimainkan oleh remaja pria maka “aplang” atau “daeng” dimainkan oleh remaja putri.

Wayang Kulit Gagrag Banyumasan

Sebagaimana masyarakat Jawa pada umumnya, masyarakat Banyumasan juga gemar menonton pertunjukan wayang kulit. Pertunjukan wayang kulit di wilayah Banyumas lebih cenderung mengikuti pedalangan “gagrag” atau gaya pedalangan khas Banyumasan. Seni pedalangan gagrag Banyumasan sebenarnya mirip gaya Yogya-Solo bercampur Kedu baik dalam hal cerita, suluk maupun sabetannya, bahasa yang dipergunakanpun tetap mengikuti bahasa pedalangan layaknya, hanya bahasa para punakawan diucapkan dengan bahasa Banyumasan. Nama-nama tokoh wayang umumnya sama, hanya beberapa nama tokoh yang berbeda seperti Bagong (Solo) menjadi Bawor atau Carub. Menurut model Yogya-Solo, Bagong merupakan putra bungsu Ki Semar, dalam versi Banyumas menjadi anak tertua. Tokoh Bawor adalah maskotnya masyarakat Banyumas.

Ciri utama dari wayang kulit gagrag Banyumasan adalah nafas kerakyatannya yang begitu kental dan Ki Dalang memang berupaya menampilkan realitas dinamika kehidupan yang ada di masyarakat. Tokoh pedalangan untuk Wayang Kulit Gagrag Banyumasan yang terkenal saat ini antara lain Ki Sugito Purbacarito, Ki Sugino Siswacarito, Ki Suwarjono dan lain-lain.

Gending Banyumasan

Gending khas lagu-lagu Banyumasan sangat mewarnai berbagai kesenian tradisional Banyumasan, bahkan dapat dikatakan menjadi ciri khasnya, apalagi dengan berbagai hasil kreasi barunya yang mampu menampilkan irama Banyumasan serta dialek Banyumasan. Ciri-ciri khas lainnya antara lain mengandung parikan yaitu semacam pantun berisi sindiran jenaka, iramanya yang lebih dinamis dibanding irama Yogya-Solo bahkan lebih mendekati irama Sunda. Isi-isi syairnya umumnya mengandung nasihat, humor, menggambarkan keadaan daerah Banyumas serta berisi kritik-kritik sosial kemasyarakatan. Lagu-lagu gending Banyumasan dapat dimainkan dengan gamelan biasa maupun gamelan calung bambu. Seperti irama gending Jawa pada umumnya, irama gending Banyumasan mengenal juga laras slendro dan pelog.

Begalan

Begalan adalah jenis kesenian yang biasanya dipentaskan dalam rangkaian upacara perkawinan yaitu saat calon pengantin pria beserta rombongannya memasuki pelataran rumah pengantin wanita. Disebut begalan karena atraksi ini mirip perampokan yang dalam bahasa Jawa disebut begal. Yang menarik adalah dialog-dialog antara yang dibegal dengan sipembegal biasanya berisi kritikan dan petuah bagi calon pengantin dan disampaikan dengan gaya yang jenaka penuh humor. Upacara ini diadakan apabila mempelai laki-laki merupakan putra sulung. Begalan merupakan kombinasi antara seni tari dan seni tutur atau seni lawak dengan iringan gending. Sebagai layaknya tari klasik, gerak tarinya tak begitu terikat pada patokan tertentu yang penting gerak tarinya selaras dengan irama gending. Jumlah penari 2 orang, seorang bertindak sebagai pembawa barang-barang (peralatan dapur), seorang lagi bertindak sebagai pembegal/perampok. Barang-barang yang dibawa antara lain ilir, ian, cething, kukusan, saringan ampas, tampah, sorokan, centhong, siwur, irus, kendhil dan wangkring. Barang bawaan ini biasa disebut brenong kepang. Pembegal biasanya membawa pedang kayu. Kostum pemain cukup sederhana, umumnya mereka mengenakan busana Jawa. Dialog yang disampaikan kedua pemain berupa bahasa lambang yang diterjemahkan dari nama-nama jenis barang yang dibawa, contohnya ilir yaitu kipas anyaman bambu diartikan sebagai peringatan bagi suami-isteri untuk membedakan baik buruk. Centhing, tempat nasi artinya bahwa hidup itu memerlukan wadah yang memiliki tatanan tertentu jadi tidak boleh berbuat semau-maunya sendiri. Kukusan adalah alat memasak atau menanak nasi, ini melambangkan bahwa setelah berumah tangga cara berpikirnya harus masak/matang. Selain menikmati kebolehan atraksi tari begalan dan irama gending, penonton juga disuguhi dialog-dialog menarik yang penuh humor. Biasanya usai pertunjukan, barang-barang yang dipikul diperebutkan para penonton. Sayangnya pertunjukan begalan ini tidak boleh dipentaskan terlalu lama karena masih termasuk dalam rangkaian panjang upacara pengantin.

Rengkong

Rengkong adalah kesenian yang menyajikan bunyi-bunyian khas bagai suara kodok mengorek secara serempak yang dihasilkan dari permainan pikulan bambu. Pikulan bambu tersebut berukuran besar dan kuat tetapi ringan karena dibuat dari bambu yang sudah cukup tua, biasanya menggunakan bambu tali dengan panjang sekitar 2,6 meter. Pada kedua ujung bambu dibuat lobang persegi panjang selebar 1 cm, sekeliling bambu melintasi lobang tersebut diraut sekedar tempat bertengger tali penggantung ikatan padi. Dua ikat padi seberat ± 15 kg digayutkan dengan tali ijuk mengalungi sonari (badan rengkong bambu di tempat yang diraut). Di tengah masing-masing ikatan padi ada sunduk (tusuk) bambu sepanjang hampir 2 meter. Ujung atas sunduk bambu dimasukkan ke badan bambu rengkong dekat gantungan tali ijuk. Cara memainkannya, pikulan bambu rengkong yang berisi muatan padi diletakkan pada bahu kanan (dipikul). Pemikul mengayun-ayunkan ke kiri dan ke kanan dengan mantap dan teratur. Tali ijuk dengan beban padi yang menggantung pada badan bambu rengkong pun bergerak-gerak, gesekan tali ijuk yang keras inilah yang menimbulkan suara berderit-derit nyaring. Kalau ada beberapa rengkong yang dimainkan serempak maka akan timbul suara yang mengasyikan, khas alam petani, terlebih bila dimainkan dengan berbaris berarak-arakan maka suasananya akan lebih semarak. Kesenian tradisional para petani ini biasanya diadakan pada pesta perayaan panen atau pada hari-hari besar nasional.

Kesenian lainnya di Wilayah Banyumasan

Kesenian - kesenian lainnya (termasuk kesenian serapan) yang tumbuh berkembang di wilayah Banyumasan antara lain adalah:

Bongkel

Bongkel adalah musik tradisional Banyumasan yang mirip dengan angklung, hanya terdiri dari satu jenis instrumen dengan empat bilah berlaras slendro. Nada-nadanya 2 (ro), 3 (lu), 5 (mo), 6 (nem).

Buncis

Buncis adalah perpaduan antara seni musik dengan seni tari yang dimainkan oleh 8 orang pemain. Dalam pertunjukannya diiringi dengan perangkat musik angklung. Para pemain buncis selain menjadi penari juga menjadi pemusik serta vokalis.

Aksimuda

Aksimuda adalah kesenian bernafas Islam yang disajikan dalam bentuk atraksi pencak silat yang digabung dengan tari-tarian.

Salwatan Jawa

Salawatan Jawa adalah salah satu seni musik bernafaskan Islam dengan perangkat musik berupa trebang jawa. Dalam pertunjukannya kesenian ini menyajikan lagu-lagu yang diambil dari kitab Barzanzi.

Cowongan/ Nini Cowong

Cowongan adalah upacara “meminta hujan”. Upacara ini dilakukan bila hujan tidak turun dalam waktu yang sudah cukup lama. Wujud Nini Cowong seperti jaelangkung.

Ujungan

Ujungan adalah jenis kesenian yang agak mengerikan karena pemainnya saling sabet-sabetan dengan menggunakan penjalin.

dikutip dr; wikipedia

Hilangnya Kesenianku Daerahku

Adoh ratu cedhak watu, jauh dari raja dekat dengan batu. Kalimat tersebut cocok untuk menggambarkan eksistensi Banyumas atau wong Banyumas. Secara politik, tak pernah ada raja yang berkeraton di wilayah yang dikelilingi pegunungan ini, yang ada hanya adipati.

Ba ny u m a s —sekarang kabupaten di Jawa Tengah— menjadi sebuah daerah perdikan dan negeri ”mancanegara”, baik pada masa Majapahit dan Mataram (Jawa) maupun Pajajaran (Sunda). Kondisi tersebut membuat wong Banyumas berkesempatan mengembangkan budaya sendiri yang khas dan unik.

Satu unsur budaya yang lekat di masyarakat Banyumas dan masih bertahan hingga kini adalah dialek bahasa ngapak-nya. Konon, dialek ngapak ini adalah bahasa Jawa murni atau bahasa Jawadwipa.

Banyumas juga kaya akan kesenian khas, seperti ebeg, cowongan, lengger, genjringan, ujungan, udhun-udhunan, begalan, memedi sawah, dan kentongan. Seni-seni tersebut agak berbeda dengan seni budaya yang berkembang di Jawa maupun Sunda.

Namun, derasnya pengaruh modernisme kini mulai mengikis eksistensi budaya-budaya lokal tersebut. Pentas lengger, ebeg, dan kenthongan kini mulai jarang terlihat. Kelompok-kelompok seni tradisional pun mulai terpinggirkan.

Sebaliknya, sajian budaya modern, seperti konser musik pop, rock, dangdut, pentas disc jockey , hingga sajian sexy dancer dapat dinikmati hampir setiap minggu di kota ini. Kondisi tersebut seiring maraknya tempat hiburan modern, mulai kafe, diskotek, pub, hingga rumah karaoke.

Hingga tahun 1970-an dan sampai 1980-an, hampir setiap desa di Banyumas memiliki kelompok seni, khususnya kenthongan dan lengger. Mereka secara berkala tampil dalam berbagai kesempatan, seperti perayaan pernikahan, hari besar, hingga merti desa.

Seni, seperti ebeg, kenthongan, cowongan, dan lengger, bagi wong Banyumas kala itu bukan sekadar pentas hiburan, melainkan sebuah tradisi yang menyatukan mereka dengan jati diri mereka sebagai orang Banyumas. Maka tak heran, di masa jayanya, mementaskan kesenian tradisional seakan menjadi kebutuhan warga Banyumas di sela menggelar hajatan, seperti pernikahan, sunatan, atau panen.

Saeran Samsidi, budayawan Banyumas, mengungkapkan, dahulu setiap desa di Banyumas mempunyai kekhasan sendiri terkait tumbuh kembangnya seni tradisional. Ada daerah yang dikenal memiliki budaya kelompok seni ebeg dan lengger. Ada daerah yang dikenal memiliki kelompok seni cowongan yang bagus.

Tak lagi dijumpai

Namun, kini kondisi tersebut tak lagi dijumpai. Kalaupun ada kelompok seni yang masih bertahan, kondisinya kembang kempis. Mereka sekadar bertahan agar seni yang mereka warisi dari leluhur tak punah sama sekali. Kadang hanya sekali dalam setahun mereka pentas.

”Kondisi ini terjadi sejak budaya televisi masuk. Pengaruh global yang hadir dari televisi membuat masyarakat lebih memilih budaya modern. Filsafat budaya lokal pun hilang terlupakan,” ujar Saeran.

Seni budaya lokal pun seolah berjalan dengan lokomotif tua, sementara budaya modern hadir dengan lokomotif superekspres yang ingar-bingar dan menjanjikan ”kekotaan”.

Perumpamaan itu tak berlebihan, para pelaku budaya tradisional di Banyumas kini kebanyakan generasi tua. Sebagai contoh, penggiat seni cowongan di Desa Somagede. Dari sekitar delapan orang yang dikenal sebagai dedengkot cowongan di desa itu, semuanya adalah nenek dengan usia di atas 55 tahun.

Penggiat seni cowongan Banyumas, Titut Edi Purwanto, menuturkan, sebelum pengaruh budaya televisi masuk di Banyumas, hampir setiap desa di wilayah ini memiliki kelompok seni cowongan . Umumnya, mereka adalah perempuan. Cowongan adalah seni tradisional untuk memanggil hujan pada saat musim kemarau. Pementasan biasanya dilakukan saat musim tanam tiba. Seni ini dahulu dapat tumbuh subur di Banyumas karena sesuai dengan karakteristik masyarakat daerah tersebut yang agraris.

Kenyataannya, kini seni cowongan hanya dapat ditemui di Desa Somagede. Itu pun seta- N u s a nt a ra : Berburu Durian HAL 36 EKONOMI RAKYAT Bertahan dengan Batik Tulis Memudar di Tengah Kepungan Budaya Kota hun sekali dan pementasannya dilakukan oleh para nini cowong yang sudah nenek-nenek.

”Regenerasi memang menjadi persoalan. Anak muda banyak yang kurang tertarik. Sebenarnya, seni cowongan ini menarik karena unik, hanya saja memerlukan polesan agar menarik generasi muda masa kini. Ini yang menjadi pekerjaan rumah kita semua,” papar Titut.

Upaya modifikasi cowongan tersebut yang kini terus diupayakan Titut melalui kelompok cowongan Syeh Gugat. Beberapa bagian pentas cowongan yang abstrak dibumbui dengan sajian- sajian baru, seperti penampilan genderuwo, tarian, dan musik. Langkah Titut tersebut membuat seni cowongan mulai dilirik lagi. Terbukti saat pertunjukan seni ini di Gedung Kesenian Banyumas baru-baru ini dihadiri 600 orang. Sesuatu yang jarang terjadi dalam pentas seni tradisional di Banyumas, yang sering kali hanya ditonton belasan sampai puluhan orang.

Upaya mempertahankan budaya lokal sebenarnya juga mulai dilakukan sejumlah penggiat seni tradisional lainnya di Banyumas. Hal ini seperti dilakukan Cu’eng Tato dengan teater tradisionalnya dan Johny dengan begalan-nya. Namun, dana menjadi kendala klasik yang selalu mereka alami.

Perhatian pemerintah

Perhatian Pemerintah Kabupaten Banyumas terhadap pengembangan seni lokal ini dinilai masih belum kelihatan.

Bahkan, pada tahun 2008, anggaran rutin Rp 150 juta untuk pengembangan kegiatan seni tak dikucurkan karena pemkab lebih berkonsentrasi membangun proyek fisik semacam Alun-alun Banyumas.

Dinas Pendidikan Banyumas pun belum memasukkan kesenian tradisional sebagai sebuah menu ekstrakurikuler apalagi salah satu bidang ajar. Tak pelak, upaya memperkenalkan seni budaya lokal ke generasi muda pun makin sulit.

Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman, Dahlar Sodiq, mengatakan, keterpurukan seni tradisional Banyumas merupakan salah satu contoh gempuran globalisasi yang sulit dihindari budaya lokal. Kondisi ini mulai terjadi sejak pembangunan besar-besaran pada masa Orde Baru yang lebih mengutamakan pembangunan fisik daripada budaya.

Selain itu, hadirnya pendatang ke Purwokerto juga berpengaruh terhadap eksistensi budaya lokal. Mereka membawa budaya luar yang kemudian memengaruhi budaya lokal. Maraknya budaya nongkrong di kafe di masyarakat Purwokerto dalam beberapa tahun terakhir adalah salah satu contohnya.

”Sebenarnya ada upaya resistensi dari kelompok-kelompok yang ingin mempertahankan budaya lokal dari kepungan budaya kota semacam ini. Seharusnya mereka harus terus didukung. Pemerintah juga harus berperan lebih aktif,” kata dia. Oleh M BURHANUDIN

dikutip dr; kompas

28 Desember 2009

Mendoan....

Mendoan
mendoan berasal dari bahasa Banyumasan,
mendoan yang berarti setengah matang atau lembek.

Bahan

Untuk membuat tempe mendoan adalah dibutuhkan:

* Tempe kedelai khusus mendoan yang berupa lembaran tipis tempe yang dilapisi daun pisang (tempe buntel), nek arep golet hubungi aku baee...
* Tepung beras dicampur dengan sedikit tepung terigu.
* Daun bawang atau kucai [ nek ora salah neng lumbir di sebut godong cai ] di iris halus.
* Bumbu halus (merica, garam, bawang putih, dan ketumbar).
* Minyak untuk menggoreng

Penyajian

Mendoan tempe disajikan dalam keadaan panas disertai dengan cabe rawit atau sambal kecap. Mendoan tempe dapat dijadikan sebagai lauk makan ataupun makanan ringan untuk menemani minum teh atau kopi saat santai.
Mendoan tempe mudah ditemui di warung-warung tradisional di wilayah eks karesidenan Banyumas dan Tegal.
Untuk wilayah Banyumas, para pelancong membeli oleh-oleh mendoan tempe di daerah Sawangan, Purwokerto, yang merupakan pusat jajanan khas Purwokerto. neng warung-warung pinggir dalan lumbir juga akeh sing adol mendoan, di jamin mak nyos rasane....

Rasa yang "unik" membuat makanan ini menyebar hingga ke luar daerah Banyumas. Tempe Mendoan dapat ditemui di kota-kota besar Jawa Tengah, bahkan hingga ke Jakarta, luar negri geh kayane wis ana....

sing belom pernah mencoba ayo segera mencoba .. enak tenan,

dikutip dr, wikipedia

26 Desember 2009

Siapa Aku

Gambarkan aku dengan Satu kata. hanya satu kata
kirim jawaban anda lewat comentar dibawah.
......
.....
....
...
..
.

Aktifkan beberapa user pada Yahoo Messenger

Aktifkan beberapa user pada Yahoo Messenger

Dengan multiple ID Yahoo Messenger, kita dapat melakukan chatting dengan beberapa atau bahkan puluhan ID sekaligus dalam satu komputer. hanya bisa di lakukan dengan menggunakan Yahoo Messenger versi 8.0 ke atas.




>>>>>
Buka registry editor dengan
mengklik Start > Run > ketik regedit, tekan OK atau langsung ENTER.

Kemudian klik HKey_Current_User > Software >Yahoo> Pager >Test >

Kemudian klik kanan New >
pilih Dword Value kemudian ganti Dword Value tersebut dengan plural kemudian ganti nilainya menjadi 00000020
Selesai
<<<<<

Selamat Mencoba.

23 Desember 2009

ST12-Biarkan Jatuh Cinta


ST12

ST12-Stasiun Timur No.12. Menurut Pepep sang drummer, studio OMS merupakan tempat mangkalnya para musisi senior dan junior di kota kembang Bandung.
Di albumnya ST12 mengusung tembang bertemakan cinta dengan khasnya melayu.
ST 12 akan terus mempertahankan benang merah, yaitu melayu tetapi musikalitasnya modern dan berkembang, ” kata vokalis ST 12, Charly.
Selain itu, grup band yang dimotori Charly Van Houten (vokal), Pepep (Drum) , dan Pepeng (Gitar)
.

ST12-Biarkan Jatuh Cinta

*
Mata ini indah melihatmu
Rasa ini rasakan cintamu
Jiwa ini getarkan jiwamu
Jantung ini detakkan jantungmu

**
Dan biarkan aku padamu
Menyimpan sejuta harapan
Aku padamu
Rasa ini tulus padamu
Takkan berhenti
Sampai nanti ku mati

Reff:
Biarkan aku jatuh cinta
Pesona ku pada pandangan
Saat kita jumpa
Biarkan aku 'kan mencoba
Tak perduli kau berkata
'Tuk mau atau tidak

Back to *, Reff

08 Desember 2009

AMALIA












Amelia Fajriayani

O.... amelia gadis cilik lincah nian
Tak Pernah sedih riang slalu spanjang hari

O.... Amelia gadis cilik ramah nian
Di mana mana amelia temanya banyak

imissu

06 Desember 2009

SEMENTARA...!!!

Kehidupan ini sama seperti asap yang sebentar sahaja kelihatan lalu lenyap. Sesungguhnya manusia seperti nafas sahaja, dan semuanya sia-sia.

Ramai yang berharap hanya untuk kehidupan di dunia ini. Setiap hari mereka hanyalah sibuk dengan urusan-urusan dunia ini; sibuk mencari duit, sibuk bekerja, sibuk dengan kesukaan. Mereka melupakan diri bahawa saat akan tiba apabila segalanya berakhir dan kita kembali kepada KHALIQ kita. Kehidupan juga penuh dengan penderitaan dan air mata. Kita mengalami jauh lebih banyak penderitaan di dunia ini dipertimbangkan dengan kesenangan dan keseronokan yang kita memperolehi.


Syaitan mengajukan supaya menikmatilah kesenangan-kesenangan dunia dengan puas-puas dan buatlah dosa kemudian jadilah penghuni neraka untuk selama-lamanya. Walau bagaimanapun Allah memberi petunjuk, ajaran dan jalan untuk mengendalikan diri kerana kehidupan yang sebenarnya bukanlah di dunia yang sementara ini tetapi di SYURGA yang kekal. Jadi berwaspadalah supaya jangan menghanyutkan diri dalam dosa dan kesenangan-kesenangan dunia yang sementara sahaja tetapi ikutilah ajaran dan Jalan Allah agar anda hidup selamanya dalam rahmatNya.


Di akhirat ada dua tempat tujuan bagi roh manusia iaitu Syurga dan Neraka. Seketika roh manusia ditentu masuk ke salah satu tempat itu, maka orang itu akan kekal di situ. Manakah yang anda pilih?

2008

Mari yuu mariii... yang belom nikah ... ndang nikah.
keburu 2012
Dr sebelah kanan, Adi mawardi, Ceko, Bayu Gundul, sukoco,
[ Fajar-Febri ]
Adri, itab, afdal, budi susatya,
dari kanan lagi, dony sugiyanto, Avi, Ocu, Rizki, Aziz, Ari kentang,
Paling kanan Lagi, Shukranul, Om joe, Andi,
----------------------------------------------------------------------------------

05 Desember 2009

Kingkong_Jangan Siksa Aku

Malam minggu aku telepon kamu
Tapi tak pernah kau jawab
'Ku coba untuk datangi kamu
Tapi dicuekin

Kau anggap apa aku
Kau anggap apa aku ini
Hingga kau menyakitiku
Tega kamu beyb...

Teringat kisah yang lalu
Kita bertemu di kantin itu
Kau bilang cinta padaku
Tapi itu bohong

Kau anggap apa aku
Kau anggap apa aku ini
Hingga kau menyakitiku
Tega kamu beyb...

Tega, tega, ...
Jangan kau siksa aku...

Minggu malam 'ku coba telpon lagi
Tapi di reject...


Berbagi yuuu..... Bergi-bagi

Daftar Link Download, Semua ada di sini... silakan di cek sendiri.

1. klik disini Indowebster masuk ke Category, pilih sesuka kamu di situ.
2. klik disini Downloadbox
3. yang ini Juga bisa filmdown
4. ini tidak kalah menarik Filecrop

3gp


Takan ku biarkan kamu mengambil burungku.... aku cuman punya satu

kalian akan selalu ada di dalam hatiku dan dalam pikiranku,
lima taun kita bersahabat, samapi akhirhayat kita bersaudara, dimanapun kalian berada kini bukan suatu halangan untuk kita tetap menjalin persaudaraan ini.

Tentu kalian masih ingat dimana kita berpose seperti ini, ya... disini lah tempat kita bersahabat selama lima tahun, kita berjuang bersama mengejar gelar dan cita-cita kita. kita berbagi segala-galanya disini, disini semua kita berbagi terkecuali pacar karena kita memnag tidak punya... hahahaaa.... jomblo kita.

teman sahabat saudara, dimana kalian berada sekarang.

Sekilat Infu

05 dec, 09...
entah apa yang ada di otaku ... hari ini aku pingin buat blog....!!
yang kata temen-2 aku bisa sebagai tempat sampah dari semua ide-ide aku yang tidak keluar.
mulaih dari tempat kerjaan, keluarga, teman, semuanya bisa di tumpahkan di sini.

BRISIKLAH, ....
aneh namanya ... ya nama ini aku ambil dari temenku sendiri...
dan kata-kata ini selalu keluat tiap kali aku main game PES, kita pasti ribu, ramai dan di jamin seru.

Trimakasih buat temen-2 aku semua yang sudah mengajari aku semua tentang ilmu-ilmu yang bermanfaat dan suport kalian semua atas kerjaanku kan kehidupan keluargaku.